Sustainable by Design

Desain Arsitektur yang berkelanjutan, ya….inilah istilah yang di dengung-dengungkan saat ini, terlebih ketika Kongres Copenhagen 7 Desember 2009 yang mengangkat isu Pemanasan Global. Inilah yang diungkapkan oleh salah satu organisasi besar yaitu; UIA  (Union International des Architect) merupakan organisasi asosiasi arsitek non-profit yang mewakili lebih dari satu juta arsitek di 124 negara. merupakan Gaung yang keras memang, namun apakah kesadaran masyarakat akan hal tersebut juga bertambah, dan akan memulai dengan gaya dan cara yang “Sustainable” dalam berbagai konteks, terlebih dalam lingkup bangunan dan lingkungan di sekitarnya.

Dalam Kongres Copenhagen 2009 tersebut, UIA telak menyampaikan bahwa betapa bangunan dan industri konstruksi sangat berdampak terhadap pemanasan dan perubahan iklim saat ini, tetunya bukan berarti harus berhenti namun dengan melakukan pendekatan yang “berkelanjutan” misalnya dengan “Sistem Lingkungan Binaan”. Karena UIA berkomitmen untuk untuk mengurangi dampak dan efek yang semakin parah dengan “Sustainable by Design Strategy” yang akan diadobsi lebih banyak pada Kongres di Tokyo, Jepang 2011.

Konsep Strategi Desain Berkelanjutan UIA dapat dijabarkan ke 9 point;

-Dimulai dengan tahap awal pekerjaan proyek yang melibatkan seluruh pihak : klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna, dan komunitas;

-Analisa dan Manajemen seluruhnya dari Daur Hidup Bangunan, yaitu mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaan dimasa depan;

-Optimalisasi desain yang efisien, energi terbarukan, teknologi modern dan ramah lingkungan harus menjadi satu kesatuan;

-Kesadaran bahwa proyek arsitektur dan konstruksi tersebut merupakan sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitar yang lebih luas yang bisa mencakup warisan sejarah, kebudayaan, dan sosial masyarakat;

-Penerapan “material bangunan yang sehat”, yaitu untuk menciptakan bangunan yang sehat, tata guna lahan yang seimbang, kesan estetik dan inspiratif, serta memberikan keyakinan ke masyarakat;

-Upaya untuk mengurangi “carbon imprint” , mengurangi penggunaan material berbahaya yang berdampak terhadap aktivitas pengguna;

-Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kesetaraan baik lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta menyediakan kesempatan-kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat;

-Populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang terintergrasi, saling terkait untuk keberlangsungan hidup seperti fasilitas publik (air, udara, rumah, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dll;

-Mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya umat manusia sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas yang sangat diperlukan oleh manusia.

Selanjutnya, konsep-konsep di atas dapat diterjemahkan bahwa pendekatan “Sustainable Architecture” perlu diterapkan secara menyeluruh dengan melihat seluruh daur hidup dari bangunan tersebut. Dan penerapannya harus secara komprehensif dari maerial, dan penghijauan lingkungan.

di kutip dari Kongres Copenhagen 2009

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *